Skip to main content

MENJAJAL TRAVEL COACH GENTING-SINGAPORE (NOT A GOOD ONE)

Akhir tahun 2018, bersama keluarga kami berlibur ke Genting.

Setelah menghabiskan beberapa hari, kami bersiap untuk menuju ke Singapura.


Untuk perjalanan ini, kami memilih menggunakan executive travel coach. Executive travel coach ini adalah jasa layanan menggunakan bus yang dilengkapi berbagai fasilitas premium. 


Dari hotel First World, tempat kami menginap, kami harus berjalan ke lobby hotel Genting Resort. Disini kami dijemput oleh bus high deck, yang ternyata hanya berfungsi untuk mengantarkan kami ke bus utama yang akan membawa kami ke Singapura.



Ini adalah wujud dari bus yang menjemput kami di Resort Hotel Genting. 

Total ada 20 kursi untuk bus tipe high deck ini.


Tampilan bus cukup baik, meski interiornya terlihat sekali sudah berumur

 

Formasi duduk di bus ini adalah 2-1. Ada 1 kursi di sisi kiri dan 2 kursi di sisi kanan.


Sekilah kursi tampak seperti kursi pada penerbangan kelas bisnis.


Fasilitas bus ini sebenarnya cukup lengkap. Ada layar TV. mungkin sekitar 10-11 inch. Juga dilengkapi tray table serta reclining seat yang cukup lega. Ada pula tempat meletakkan kaki pada bagian bawah kursi di depan kita. Di sisi layar juga masih disediakan tempat gelas/botol.



Gambar ini adalah contoh ketika kursi di-reclining maksimal. Kaki tersanggah dengan baik. 


Secara keseluruhan sangat baik, dengan hanya 1 kendala, layar multimedia sama sekali tidak berfungsi.


Namun, mengingat ini hanya perjalanan singkat turun dari Genting yang ada di atas gunung, well, kami tidak terlalu mempermasalahkannya. 




Perjalanan turun dari Genting Highland makan waktu sekitar 30 menit. Hingga kami akhirnya sampai di sebuah tempat peristirahatan jalan bebas hambatan. Disini kami akan berpindah ke bus yang akan membawa kami ke negeri Merlion. 





Inilah Transtar Executive Bus yang akan membawa kami ke Singapura. 

Jika sebelumnya bus yang membawa kami dari Genting merupakan jenis high deck, maka bus yang satu ini ternyata bus tipe double deck.





Masuk bus ini, penumpang akan menjumpai kurs driver, lorong ke deck bagian bawah, dan tangga naik ke deck bagian atas.


Ini adalah lorong menuju ke deck bagian bawah. Di sisi kanan terdapat ruang penyimpanan dan juga ruang kecil dimana staf bus dapat beristirahat. 


Sementara di sisi kiri terdapat area service yang menyediakan teh kopi bagi pengguna jasa bus.

Kini kita menengok bagian dalam deck bawah. 


Pada deck bus bagian bawah ini terdapat 4 buah kursi. 1 kursi di baris pertama dan 2 kursi dibaris kedua. 

Dimana kursi yang saya tempati adalah kursi tengah di baris kedua.


Sementara deck atas memiliki konfigurasi kursi 1-1 yang cukup lega. 

Total ada 18 kursi pada bus ini yang pada perjalanan ini semuanya diisi oleh keluarga kami. 


Berdasarkan keterangan, bus yang akan menjadi "rumah" selama 5-6 jam perjalanan dari Malaysia ke Singapura ini seharusnya dilengkapi dengan fasilitas personal entertainment, av on demand, reclining seat yang dilengkapi pemijat, serta layanan food and beverages on board.

Nah, bagaimana kesan kami menikmati perjalanan ini?

Well, sayang sekali, kesan pertama tidak terlalu indah. Alih-alih mendapat bus yang menyenangkan, kami justru lumayan kecewa.

Bus yang kami naiki ini tampak tidak dijaga kebersihannya. Jok kursi tampak kusam cenderung kotor. 



Head rest pada kursi tempat saya duduk terlihat sangat kotor dan seperti tidak pernah dibersihkan.

Selain itu meja juga tidak dalam kondisi baik. Tray table yang ada miring ketika dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. 



Karena duduk di kursi tengah pada deck bawah, kursi tempat saya duduk tidak dilengkapi dengan tempat meletakkan kaki. 

Hal ini cukup menyebalkan mengingat perjalanan panjang yang harus dilewati karena kondisi ini membuat kaki cukup lelah.

Belum cukup dengan hal ini, kami juga menjumpai kondisi tombol dan bagian bus yang sudah rusak.








Tombol pengatur posisi pada beberapa kursi rusak. Begitu juga dengan fungsi massaging sehingga tidak dapat dinikmati sepanjang perjalanan.





















Hingga akhirnya hal yang paling utama kami jumpai. TIDAK ADA ON BOARD ENTERTAINMENT. Layar hiburan mati sama sekali, sehingga tidak ada itu film, musik, maupun Audio Video On Demand yang bisa kami nikmati.



Layar ini tak ubahnya barang sampah yang mengganggu pemandangan karena tidak dapat difungsikan. 















Dalam perjalanan, saya sempat berpindah pada kursi di sebelah kiri saya. Kursi ini masih cukup baik karena memiliki penyanggah kaki dari kursi di bagian depannya.


Meski tetap tanpa hiburan dan kondisi yang kotor serta tak terawat.












Pada deck bawah, terdapat layar TV di dinding bus yang juga tidak menyala. Adapun jam menunjukkan waktu yang salah.
Well, pengelola bus ini punya banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan.


Dalam perjalanan, kami mendapatkan 1 kali makan siang. Ini adalah menu makan siang kami. 

Untuk sebuah layanan bus premium yang jauh dari memuaskan, makanan yang diberikan cukup baik.

Cukup baik dalam artian dapat dimakan. Rasa ayam cukup enak, dengan spageti olio yang dingin.

Tapi, sekali lagi, eatable. 


Well, tampaknya itu saja kesan perjalanan dari Malaysia ke Singapura yang tidak terlalu berkesan, bahkan cenderung ingin dilupakan.

Apalagi selama perjalanan, di deck bawah kami terus ditemani oleh setidaknya 5/6 ekor kecoa kecil yang muncul tiba-tiba.

Setelah melewati perjalanan 6-7 jam yang diselingi antrian 30 menit di imigrasi singapura, maka kami memasuki Singapura.

Kami tiba di apartemen sekitar pukul 7 sore. Dan secepatnya ingin mencari penghiburan atas perjalanan yang panjang dan melelahkan. 

Bus Executive Transtar rute Genting-Singapura jelas punya banyak hal yang harus ditingkatkan.


Salam!

Comments

Popular posts from this blog

Benua Biru - Bag 2

Jumat 25 Juli 2014 Selamat Pagi! Fajar hari itu dilalui dari dalam perut burung besi berkode 777-200 rute Dubai-Milan. Berbagai brosur untuk mempermudah perjalanan Anda di Milan Seperti jadwal yg tertera, pesawat pun mendarat di Malpensa Aeroport, Milan, Italia, pk. 8.45 waktu setempat. 3 jam perkiraan waktu dihabiskan di penerbangan kedua ini. Tapi lumayan memberikan semangat karena disinilah perjalanan DIMULAI! Bandara Malpensa di Milan dapat dikatakan tidak terlalu besar, tapi tetap tertata rapi dan menyenangkan. Berbagai penanda dibuat untuk memudahkan pelancong. S bantal boneka yg menemani perjalanan di Benua Biru Singkat kata, akhirnya setelah memastikan semua barang bawaan sudah tersedia, kami menuju ke Bus yg menanti. Di Eropa, yg terdiri dari satu daratan luas dengan banyak sekali negara, memungkinkan bus dari negara lain untuk bisa melayani lintas batas. Seperti bus yg kami tumpangi. Stiker di badan bus bertuliskan Molteam, dan bus itu ternyata b...

Bersama Singkong, Sidik Mengejar Kesuksesan

Beberapa saat lalu, saya sudah menuliskan perjuangan dari seorang pengusaha kerupuk singkong dari Bekasi. Berikut beberapa foto yang diambil penulis. Sidik tengah duduk di ruang tamu rumahnya. Tampak di latar foto dirinya bersama dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika menerima penghargaan dari salah satu stasiun tv swasta. Sidik di atas sepeda motor yang digunakan untuk menjual keripik buatannya ke Jakarta. Sidik dan sepeda motor yang merupakan hadiah atas penghargaan yang diterimanya dari salah satu stasiun tv swasta. Sepeda motor ini khusus dimodifikasi untuk mengakomodir kekurangan yang dimiliki Sidik. Sidik tengah memperhatikan potongan singkong yang sedang  dijemur. Terkadang ia harus menghalau kambing-kambing yang tertarik dengan singkongnya. Sidik dan singkong yang sudah kering dijemur . Salah satu peralatan yang digunakan untuk membuat kerupuk singkong. Dengan alat ini, singkong yang masih mengandung air diperas hingga kering. Da...

Ketika Anak Bukan Lagi "Permata" Dalam Keluarga

Analisa buku A Child Called “It” Keluarga, tidak bisa dipungkiri memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan semua orang, termasuk setiap kita. Hadir dalam sosok bayi mungil yang tidak tahu apa-apa, individu-individu terdekat inilah yang kelak membentuk dasar dan nilai-nilai kehidupan yang kita miliki, termasuk di dalamnya konsep diri. Terkait hal tersebut, maka ada dua kemungkinan yang bisa dihasilkan melalui peran dari orang-orang terdekat ini. Yang pertama adalah konsep diri yang positif dan yang kedua adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri positif itu secara langsung akan membentuk pribadi yang memahami jelas kemampuan apa yang ada dalam dirinya, termasuk juga kepribadiannya, dan tentu saja selalu berpikir positif terhadap dirinya. Sedangkan konsep diri yang negatif akan membangun suatu individu yang bahkan tidak dapat menjelaskan siapa dirinya, kemampuannya, kepribadiannya, dan juga yang selalu berpikir negatif tentang dirinya. Kembali pada peran keluarga diat...