Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2012

CHAPTER VIII, POWER OF LOVE

Sudah seminggu lamanya Naldo terbaring di rumah sakit. Tanpa sanak saudara di kota, Naldo melewati hari-harinya seorang diri, hingga sang bunda menyambanginya dari Jawa. ”Opo toh nak yang ada di kepalamu?” sang Bunda tak habis pikir setelah mendengar cerita dari mulut Naldo. ”Naldo juga ga sadar ma. Tiba-tiba aja aku uda begini.” Naldo merasa bersalah telah membuat sang Bunda kuatir. ”Hm, memang seberapa besar kamu cinta sama perempuan itu?” Naldo terkejut mendengar pertanyaan sang Bunda. Butuh waktu sejenak untuk ia menjawab. ”Naldo sayang banget, Ma. Makanya, kemarin aku jadi ga berpikir sehat lagi.” ”Hm, mama paham. Tapi, kalo kamu sayang dia. Jangan pernah lakukan hal seperti ini lagi. Pasti yang dimaksud menjadi lebih baik bukan dengan cara kamu mati menenggak racun,” sebuah senyum mengembang di wajah sang Bunda. Naldo tampak terkejut. Tiba-tiba ia mengingat sesuatu. ”Nih, Mama menemukan kertas ini di bawah ranjang kamu,” sang Bunda menyerahkan kertas merah...

CHAPTER VII, TERPURUK

Enam bulan berlalu sejak kepergian Marissa, semangat hidup Naldo masih berada di titik terendahnya. Tidak nampak semangat pada Naldo untuk menjalani hari-harinya seperti yang ia lalui bersama Marissa. Ia yang dulu ramah, kini menjadi dingin. Kepeduliaan pada orang lain yang dulu ia miliki, kini berganti menjadi sesosok mahasiswa yang suka menyendiri. Ketekunannya yang dulu menjadi panutan, kini tak lagi nampak. Yang ada adalah seorang mahasiswa yang kerapkali terlambat atau bahkan madol dari kelasnya. Puncaknya, nilai Naldo anjlok dan ia harus mengulang banyak kelas di semester itu. Cinta sungguh-sungguh terbukti berkuasa menjerumuskan siapapun yang terjebak dalam permainannya. Dan Naldo, setelah digempur berbagai keterpurukan, kini hanya dapat duduk diam. Dalam kesendiriannya di kamarnya yang berukuran 3x4 meter, ia merenung. Apa artinya aku tanpa dia? Pemuda berusia 18 tahun itu kemudian berpaling. Dan, terlihat sebotol obat nyamuk, berada tepat di sisi almarinya. Lalu, ba...

CHAPTER VI, TAK SEINDAH BAYANGMU

Sebulan lebih hubungan itu berjalan. Selama itu, ada banyak waktu-waktu yang dihabiskan bersama. Saat-saat itu sangat berharga itu dilalui dengan penuh canda dan tawa. Bahkan, mereka juga meluangkan waktu untuk belajar bersama. Sehingga hasilnya diperoleh di semester selanjutnya, beasiswa bagi Naldo dan Marissa. Bagi Naldo, saat ini semua tampaknya berjalan begitu  menyenangkan. Namun, terkadang Naldo murung kala mengingat mama Marissa. Hingga kini mama Marissa belum bisa menerima kedekatan Naldo dengan putri semata wayangnya itu. Oleh karena itu, mereka berdua sepakat belum memberitahukan bahwa mereka berpacaran pada beliau. Namun, pertanyaannya, sampai kapan mereka harus seperti itu? ”Nald, aku bingung neh,” Marissa bersandar pada pundak Naldo sementara mereka ada di dalam shuttle yang mengantar mereka dari kampus ke mal SMS. ”Tentang mamimu ya?” Naldo sudah bisa menebak arah pembicaraan itu, ”Kamu udah siap say untuk ngomong sama mamimu?” ”Itu dia, aku ga ta...

CHAPTER V, TAK TERTAHANKAN

Pria di apartemen itu terlihat membalik halaman di dalam buku yang cukup tebal itu. Sesaat ia tersenyum lebar. Dan kemudian kepalanya bergeleng. Mungkin ia mengingat hal lucu yang dulu terjadi dan kini masih hidup dalam alam kenangannya. *** Senin, 5 Januari 2009, pukul 07.50. Naldo sudah siap di ruang kelasnya sejak setengah jam yang lalu. Ia dan Marissa harus mempresentasikan tugas yang kemarin sudah mereka kerjakan bersama. ”Yak, siapa yang presentasi pada pertemuan kali ini?” dosen yang dulu sempat mengusir mereka berdua bertanya setelah memberikan pengantar bahan hari itu. ”Saya pak,” tangan Marissa mengacung. ”Silakan dipersiapkan,” jawaban dosen itu direspon Naldo dan Marissa dengan maju ke depan. ”Selamat pagi teman-teman,” Marissa yang terhitung sebagai primadona di kelasnya mulai menyapa teman-temannya. ”Pagi ini saya dan Naldo akan memprentasikan tentang perubahan social,” papar Marissa yang diikuti celoteh dan riuh rendah teman-teman sekelasnya yang ...