Sudah seminggu lamanya Naldo terbaring di rumah sakit. Tanpa sanak saudara di kota, Naldo melewati hari-harinya seorang diri, hingga sang bunda menyambanginya dari Jawa. ”Opo toh nak yang ada di kepalamu?” sang Bunda tak habis pikir setelah mendengar cerita dari mulut Naldo. ”Naldo juga ga sadar ma. Tiba-tiba aja aku uda begini.” Naldo merasa bersalah telah membuat sang Bunda kuatir. ”Hm, memang seberapa besar kamu cinta sama perempuan itu?” Naldo terkejut mendengar pertanyaan sang Bunda. Butuh waktu sejenak untuk ia menjawab. ”Naldo sayang banget, Ma. Makanya, kemarin aku jadi ga berpikir sehat lagi.” ”Hm, mama paham. Tapi, kalo kamu sayang dia. Jangan pernah lakukan hal seperti ini lagi. Pasti yang dimaksud menjadi lebih baik bukan dengan cara kamu mati menenggak racun,” sebuah senyum mengembang di wajah sang Bunda. Naldo tampak terkejut. Tiba-tiba ia mengingat sesuatu. ”Nih, Mama menemukan kertas ini di bawah ranjang kamu,” sang Bunda menyerahkan kertas merah...
"Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya...."