Enam bulan berlalu sejak kepergian
Marissa, semangat hidup Naldo masih berada di titik terendahnya.
Tidak nampak semangat pada Naldo untuk
menjalani hari-harinya seperti yang ia lalui bersama Marissa. Ia yang dulu
ramah, kini menjadi dingin. Kepeduliaan pada orang lain yang dulu ia miliki,
kini berganti menjadi sesosok mahasiswa yang suka menyendiri.
Ketekunannya yang dulu menjadi
panutan, kini tak lagi nampak. Yang ada adalah seorang mahasiswa yang kerapkali
terlambat atau bahkan madol dari
kelasnya. Puncaknya, nilai Naldo anjlok dan ia harus mengulang banyak kelas di
semester itu.
Cinta sungguh-sungguh terbukti
berkuasa menjerumuskan siapapun yang terjebak dalam permainannya. Dan Naldo,
setelah digempur berbagai keterpurukan, kini hanya dapat duduk diam. Dalam
kesendiriannya di kamarnya yang berukuran 3x4 meter, ia merenung. Apa artinya aku tanpa dia?
Pemuda berusia 18 tahun itu kemudian
berpaling. Dan, terlihat sebotol obat nyamuk, berada tepat di sisi almarinya. Lalu,
bagai dirasuki sesuatu, ia bangkit dari tempat duduknya. Dan berjalan ke arah
botol itu. Diambilnya begitu saja. Lalu ditenggaknya.
Perlahan, cairan kimia yang
seharusnya untuk hewan berkaki banyak itu mulai bereaksi. Tubuhnya mulai goyah.
Sebentar, Naldo mulai oleng ke kanan dan ke kiri. Botol dalam genggamannya kini
sudah terpelanting ke lantai.
Tiba-tiba, pikirannya terbuka. Bagai
sebuah kilas balik yang cepat, kenangan akan Marissa berputar-putar di
kepalanya. Tahu melakukan kesalahan, Naldo ingin kembali. Namun, apa daya yang
ia bisa lakukan. Racun itu sudah ada dalam tubuhnya.
Dengan kesadaran yang tersisa, ia
melangkah ke muka pintu. Tapi, setiap satu langkah ia jalani, ia merasa
tubuhnya semakin tidak kuat. Dan, tubuh seberat 76 kilogram itu kini sudah
tergeletak di lantai, tepat saat pintu kamarnya terbuka.
***
Sirine ambulans meraung-raung di
tengah azan magrib yang tengah berkumandang. Secara ajaib, Naldo ditemukan oleh
teman kostnya 25 menit yang lalu. Ia tergeletak sementara mulutnya berbusa.
Kini, ia terbaring dalam mobil yang
melaju kencang, membelah kepadatan di sore itu. Tergolek lemah dengan alat
bantuan pernapasan terpasang di hidungnya, Naldo tidak sadarkan diri.
***
Comments
Post a Comment