Sudah seminggu lamanya Naldo
terbaring di rumah sakit. Tanpa sanak saudara di kota, Naldo melewati hari-harinya
seorang diri, hingga sang bunda menyambanginya dari Jawa.
”Opo toh nak yang ada di kepalamu?”
sang Bunda tak habis pikir setelah mendengar cerita dari mulut Naldo.
”Naldo juga ga sadar ma. Tiba-tiba
aja aku uda begini.” Naldo merasa bersalah telah membuat sang Bunda kuatir.
”Hm, memang seberapa besar kamu cinta
sama perempuan itu?” Naldo terkejut mendengar pertanyaan sang Bunda. Butuh
waktu sejenak untuk ia menjawab.
”Naldo sayang banget, Ma. Makanya,
kemarin aku jadi ga berpikir sehat lagi.”
”Hm, mama paham. Tapi, kalo kamu
sayang dia. Jangan pernah lakukan hal seperti ini lagi. Pasti yang dimaksud
menjadi lebih baik bukan dengan cara kamu mati menenggak racun,” sebuah senyum
mengembang di wajah sang Bunda.
Naldo tampak terkejut. Tiba-tiba ia
mengingat sesuatu.
”Nih, Mama menemukan kertas ini di
bawah ranjang kamu,” sang Bunda menyerahkan kertas merah muda yang dulu ia
dapatkan.
Naldo dengan segera meraih kertas
itu. Dibacanya sekali lagi kertas itu.
Semua hal di bumi ini
Tak semua dapat kita miliki
Kadang kita harus belajar
menerima dan merelakan
Karena tak ada keabadian di
bumi
Bila rasa tidak lagi ada
Bila cinta tidak lagi
bersemi
Lupakanlah jika itu sakit
bagimu
Kenanglah bila itu baik
untukmu
T’ruslah melangkah tanpa
melihat ke belakang
Ku yakin,
Kau akan menjadi lebih baik
dari sebelumnya…
Ya, aku
pasti jadi lebih baik, Naldo membatin.
***
Kini, tiga tahun sudah Marissa pergi
dari hari-hari Naldo. Naldo yang tatkala mengenal Marissa baru duduk di tingkat
pertama, kini sudah siap menghadapi sidang akhir untuk meraih titel
sarjananya. Bahkan, karena prestasi yang
dimiliki, Naldo sudah bekerja sejak tahun terakhir ia menjalani kuliah. Suatu
prestasi yang tidak semua orang bisa lakukan.
Kenangan akan prestasi yang dulu sempat
turun sepeninggal Marissa, kini sudah tidak berbekas. Naldo sungguh menjalani
janjinya di rumah sakit. Ia benar-benar menjadi lebih baik. Bahkan jauh lebih
baik.
Dari luar, tak ada keraguan bahwa Naldo
menjalani harinya dengan bahagia. Ia sudah bekerja. Bahkan sang Bunda sudah ia
boyong untuk tinggal di Jakarta. Tapi, itu hanya tampilan luar.
Dalam hati, siapa yang tahu.
***
Tetes hujan mulai mereda. Bersamaan
dengan itu, awan kelabu perlahan mulai
menghilang, terganti oleh kerlip bintang yang berjarak ribuan tahun cahaya dari
bumi ini. Sang rembulan pun, kini tidak lagi malu menampakkan rupanya pada
seorang pria muda yang masih terjaga di malam panjang itu.
Pria tersebut kini sudah berdiri
bersandar pada balkon kamarnya. Buku itu masih menempel erat di tangannya.
Secara cepat ia membalik halaman demi halaman yang telah selesai dibacanya.
17 Mei 2012
“Bro, udah 3 tahun lebih Marissa pergi. Dan sampe sekarang, gue lom punya kabar apapun tentang dia. Bahkan ga sekalipun gue denger dia pulang ke Indonesia. Tapi, gue bahagia, setidaknya gue udah ngelaksanain janji gue buat dia. Gue udah penuhin apa yang dia tulis di dalam suratnya. Dan sekarang, gue hanya berharap. Gue bisa bertemu dia. Walau itu untuk yang terakhir kalinya.”
***
24 Juli 2012
“Besok adalah ulang tahun gue yang ke 22. Dan andaikan Marissa masih bersama gue sekarang, gue pasti bakal merayakannya berdua dengan dia.Ga cuma itu, gue jugamw membagi kebahagaiana gue sekarang dengan orang yang paling gue cintai. Dimana, setelah berjuang selama ni. Gue dipercaya mimpin sebuah proyek film animasi dan ini bertaraf nasional.Hm, andai Marissa benar-benar ada disini.”
***
Janji Naldo dapat dikatakan
benar-benar dia penuhi. Film animasinya berhasil mendapatkan pengakuan dari
dunia perfilman nasional.
Sudah banyak artikel di berbagai
surat kabar yang tidak bosan mengulas karyanya itu. Dan tak terhitung pujian
yang singgah pada dirinya.
Namun, di tengah kesuksesannya, hampa
terasa dalam diri Naldo. Di tengah kelimpahan materi yang diperolehnya, Naldo
tidak menemukan kedamaian. Kedamaian itu pergi tiga tahun silam dan masih
membekas dalam relung jiwanya.
”Andai ada Marissa disini,” Naldo
hanya bisa memandangi langit sehabis hujan. Membawa angannya kembali ke masa ia
bersama dengan Marissa.
***
.....bersambung.....
Comments
Post a Comment