Skip to main content

Mengejar Kehidupan

Senin lalu, 25 Ags 2014, bukan menjadi Senin yang biasanya.

Bangun pagi dengan kesadaran yg belum pulih, akibat seharian ngurusin pernikahan orang di hari minggunya, akhirnya gue harus berlomba dengan jarum detik yg tak pernah berpikir untuk berhenti.

Masukin semua barang kantor ke tas, buru buru mandi, bahkan tak sempat sarapan, masih untung nyokap yang baek masih bikinin segelas madu hangat.

Perjalanan ke kantor itu ada beberapa tahap, pertama gue musti naik ojek dulu dari jembatan deket rumah ke jalan Perintis Kemerdekaan, tepatnya di dekat bekas pabrik Vespa, makanya orang bilangnya daerah itu "vespa".

Perjalanan pertama ga ada kendala, banyaknya ojek yg uda tiap minggu diboncengin membuat semua terasa mudah.

Nah, di tahap kedua inilah yang nyari membuat hari Senin kemarin jadi menyebalkan. 

Tepat setelah turun dari ojek, pandangan mata secara otomatis langsung menjelajah jalanan. Mencari keberadaan bus yg akan membawa gue ke Kebun Jeruk. 

Tiba tiba, di sisi kanan, tampak bus itu udah berlalu, berjalan perlahan tapi pasti semakin menjauh.

Bisa aja sih gue nunggu lagi, tapi itu artinya akan nampang di pinggir jalan selama minimal 30 menit sampe 1 jam. Ditemani berbagai asap knalpot juga terik matahari pagi yang kemarin agak ga bersahabat. 

So, diambilah keputusan yg ga pernah kepikiran untuk gue lakukan sebelumnya. Kejar bus itu. 

Sambil memantau keberadaan bus, gue berharap ada angkot yg bisa segera lewat. Tentunya yg searah dengan si bus besar itu.

Akhirnya datanglah angkot 53 yg ditunggu tunggu. Tapi bukannya langsung jalan, sopirnya malah beli kacang ijo dulu, hingga hilanglah si bus besar dari pandangan mata.

Sambil berharap cemas, angkot mulai jalan. Diselingi beberapa kali berhenti karena ada penumpang lain, akhirnya di perempatan Pulomas, bus itu tampak.

Tapi, kejar mengejar belum selesai, si bus berlalu dan angkot gue tertahan lampu lalu lintas.

Untungnya, bus itu masih mengisi bahan bakar, dan dengan susah payah, angkot gue berhasil mendahuluinya. Sampe di ASMI, gue pun berhasil berpindah. 

Tapi, adegan kejar mengejar bersama bus itu ternyata membuat gue sempet berpikir, hidup kita juga penuh dengan kejar kejaran kan ya. 

Ada yg mengejar nilai. Ada pula yg mengejar kedudukan. Ada yg mengejar uang. Ada juga mereka yang mengejar cinta.

Waktu seseorang mengejar sesuatu, mungkin belum tentu akan mendapat. Seperti gue yg belum tentu juga bisa mengejar bus. Selalu ada kemungkinan untuk gagal kan, meski segenap daya dan upaya sudah disalurkan.

Untuk itu, mungkin terkadang ada orang yg seringkali berhenti, atau bahkan takut untuk memulai mengejar karena adanya kemungkinan gagal itu, mungkin gue termasuk juga salah satunya.

Tapi, yang seringkali gue dan org org yg takut mengejar itu lupa, meskipun kemungkinan gagal itu membayangi, selalu ada kemungkinan untuk berhasil.

Dalam berbagai hal lainnya, terkadang kegagalan ditemui pun tidak lah sekali dua kali. Mungkin ada banyak kegagalan yg harus dijumpai sebelum akhirnya bersua dengan keberhasilan.

Akhirnya, terbersitlah pikiran, untuk setiap usaha yang dikerjakan, pasti tidak ada yg sia-sia, khususnya kalau usaha yg dikerjakan itu bertujuan untuk kebaikan ya. 

Jadi, kesulitan di Senin pagi itu pun dapat disimpulkan dalam sebuah kalimat, 

"Jangan pernah menyerah dalam mengejar kehidupan ini." 

- maafkan gue untuk alur berpikir yg jauh dari lurus -
- tulisan ini mungkin akan diupdate di masa mendatang-

Comments

Popular posts from this blog

Benua Biru - Bag 2

Jumat 25 Juli 2014 Selamat Pagi! Fajar hari itu dilalui dari dalam perut burung besi berkode 777-200 rute Dubai-Milan. Berbagai brosur untuk mempermudah perjalanan Anda di Milan Seperti jadwal yg tertera, pesawat pun mendarat di Malpensa Aeroport, Milan, Italia, pk. 8.45 waktu setempat. 3 jam perkiraan waktu dihabiskan di penerbangan kedua ini. Tapi lumayan memberikan semangat karena disinilah perjalanan DIMULAI! Bandara Malpensa di Milan dapat dikatakan tidak terlalu besar, tapi tetap tertata rapi dan menyenangkan. Berbagai penanda dibuat untuk memudahkan pelancong. S bantal boneka yg menemani perjalanan di Benua Biru Singkat kata, akhirnya setelah memastikan semua barang bawaan sudah tersedia, kami menuju ke Bus yg menanti. Di Eropa, yg terdiri dari satu daratan luas dengan banyak sekali negara, memungkinkan bus dari negara lain untuk bisa melayani lintas batas. Seperti bus yg kami tumpangi. Stiker di badan bus bertuliskan Molteam, dan bus itu ternyata b...

Bersama Singkong, Sidik Mengejar Kesuksesan

Beberapa saat lalu, saya sudah menuliskan perjuangan dari seorang pengusaha kerupuk singkong dari Bekasi. Berikut beberapa foto yang diambil penulis. Sidik tengah duduk di ruang tamu rumahnya. Tampak di latar foto dirinya bersama dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika menerima penghargaan dari salah satu stasiun tv swasta. Sidik di atas sepeda motor yang digunakan untuk menjual keripik buatannya ke Jakarta. Sidik dan sepeda motor yang merupakan hadiah atas penghargaan yang diterimanya dari salah satu stasiun tv swasta. Sepeda motor ini khusus dimodifikasi untuk mengakomodir kekurangan yang dimiliki Sidik. Sidik tengah memperhatikan potongan singkong yang sedang  dijemur. Terkadang ia harus menghalau kambing-kambing yang tertarik dengan singkongnya. Sidik dan singkong yang sudah kering dijemur . Salah satu peralatan yang digunakan untuk membuat kerupuk singkong. Dengan alat ini, singkong yang masih mengandung air diperas hingga kering. Da...

Ketika Anak Bukan Lagi "Permata" Dalam Keluarga

Analisa buku A Child Called “It” Keluarga, tidak bisa dipungkiri memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan semua orang, termasuk setiap kita. Hadir dalam sosok bayi mungil yang tidak tahu apa-apa, individu-individu terdekat inilah yang kelak membentuk dasar dan nilai-nilai kehidupan yang kita miliki, termasuk di dalamnya konsep diri. Terkait hal tersebut, maka ada dua kemungkinan yang bisa dihasilkan melalui peran dari orang-orang terdekat ini. Yang pertama adalah konsep diri yang positif dan yang kedua adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri positif itu secara langsung akan membentuk pribadi yang memahami jelas kemampuan apa yang ada dalam dirinya, termasuk juga kepribadiannya, dan tentu saja selalu berpikir positif terhadap dirinya. Sedangkan konsep diri yang negatif akan membangun suatu individu yang bahkan tidak dapat menjelaskan siapa dirinya, kemampuannya, kepribadiannya, dan juga yang selalu berpikir negatif tentang dirinya. Kembali pada peran keluarga diat...