Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Hak Cipta Sebuah Karya Foto Jurnalistik

" tulisan ini merupakan bagian dari tugas kelompok perkuliahan dan dipublikasikan dengan tujuan berbagi dan untuk kepentingan akademis semata. " ilustrasi     Pengantar Sebuah karya foto, khususnya foto jurnalistik adalah bagian penting dalam pemberitaan suatu informasi oleh media massa. Sebagai bagian dari berita itu sendiri, foto jurnalistik memegang peranan untuk menyempurnakan informasi yang hendak disiarkan kepada khalayak luas. Dikatakan demikian karena kadangkala khalayak kesulitan dalam memahami berita sebab mereka tidak memiliki suatu bayangan khusus akan apa yang diberitakan, sehingga dalam hal inilah foto jurnalistik dapat menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat tersebut. Foto Jurnalistik adalah sebuah karya foto yang mengandung nilai berita di dalamnya dan berguna bagi masyarakat banyak. Sebagai sebuah karya, maka foto jurnalistik yang merupakan hasil olah pikir dari manusia cenderung menjadi hak bagi seorang pewarta foto. Namun, perlu juga dipaha...

CHAPTER IX, SELALU ADA JALAN

Sudah sembilan kota ia sambangi terkait dengan promosi film hasil olahan tangannya tersebut. Jumpa penggemar pun sudah menjadi hal lumrah, bagi pemuda yang menghabiskan masa kecilnya menghalau kerbau di kampung halaman. Namun, Naldo juga seorang manusia. Memasuki pekan ke sepuluh promosi yang diadakan di Jakarta, kesehatannya Naldo menurun. Terpaksa ia dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan dan kekurangan vitamin. Menjadi seorang pesohor yang sakit, ramai nian penjenguk yang besimpati pada Naldo. Sungguh jauh berbeda dengan kondisi saat ia masuk rumah sakit dahulu. Hanya dokter dan suster yang rajin menyambanginya setiap hari. Selain tentu saja sang Bunda yang setia di sisinya. Melayani banyak teman setiap hari, Naldo malah tidak dapat beristirahat. Sehingga sekarang ia lebih banyak sendiri dalam sebuah kamar VIP berukuran 10x5 meter. Namun, dalam kesendiriannya, Naldo merasa hatinya bergejolak. Ingin rasanya ia berkeliling rumah sakit yang tergolong mewah di kota Ja...

CHAPTER VIII, POWER OF LOVE

Sudah seminggu lamanya Naldo terbaring di rumah sakit. Tanpa sanak saudara di kota, Naldo melewati hari-harinya seorang diri, hingga sang bunda menyambanginya dari Jawa. ”Opo toh nak yang ada di kepalamu?” sang Bunda tak habis pikir setelah mendengar cerita dari mulut Naldo. ”Naldo juga ga sadar ma. Tiba-tiba aja aku uda begini.” Naldo merasa bersalah telah membuat sang Bunda kuatir. ”Hm, memang seberapa besar kamu cinta sama perempuan itu?” Naldo terkejut mendengar pertanyaan sang Bunda. Butuh waktu sejenak untuk ia menjawab. ”Naldo sayang banget, Ma. Makanya, kemarin aku jadi ga berpikir sehat lagi.” ”Hm, mama paham. Tapi, kalo kamu sayang dia. Jangan pernah lakukan hal seperti ini lagi. Pasti yang dimaksud menjadi lebih baik bukan dengan cara kamu mati menenggak racun,” sebuah senyum mengembang di wajah sang Bunda. Naldo tampak terkejut. Tiba-tiba ia mengingat sesuatu. ”Nih, Mama menemukan kertas ini di bawah ranjang kamu,” sang Bunda menyerahkan kertas merah...

CHAPTER VII, TERPURUK

Enam bulan berlalu sejak kepergian Marissa, semangat hidup Naldo masih berada di titik terendahnya. Tidak nampak semangat pada Naldo untuk menjalani hari-harinya seperti yang ia lalui bersama Marissa. Ia yang dulu ramah, kini menjadi dingin. Kepeduliaan pada orang lain yang dulu ia miliki, kini berganti menjadi sesosok mahasiswa yang suka menyendiri. Ketekunannya yang dulu menjadi panutan, kini tak lagi nampak. Yang ada adalah seorang mahasiswa yang kerapkali terlambat atau bahkan madol dari kelasnya. Puncaknya, nilai Naldo anjlok dan ia harus mengulang banyak kelas di semester itu. Cinta sungguh-sungguh terbukti berkuasa menjerumuskan siapapun yang terjebak dalam permainannya. Dan Naldo, setelah digempur berbagai keterpurukan, kini hanya dapat duduk diam. Dalam kesendiriannya di kamarnya yang berukuran 3x4 meter, ia merenung. Apa artinya aku tanpa dia? Pemuda berusia 18 tahun itu kemudian berpaling. Dan, terlihat sebotol obat nyamuk, berada tepat di sisi almarinya. Lalu, ba...

CHAPTER VI, TAK SEINDAH BAYANGMU

Sebulan lebih hubungan itu berjalan. Selama itu, ada banyak waktu-waktu yang dihabiskan bersama. Saat-saat itu sangat berharga itu dilalui dengan penuh canda dan tawa. Bahkan, mereka juga meluangkan waktu untuk belajar bersama. Sehingga hasilnya diperoleh di semester selanjutnya, beasiswa bagi Naldo dan Marissa. Bagi Naldo, saat ini semua tampaknya berjalan begitu  menyenangkan. Namun, terkadang Naldo murung kala mengingat mama Marissa. Hingga kini mama Marissa belum bisa menerima kedekatan Naldo dengan putri semata wayangnya itu. Oleh karena itu, mereka berdua sepakat belum memberitahukan bahwa mereka berpacaran pada beliau. Namun, pertanyaannya, sampai kapan mereka harus seperti itu? ”Nald, aku bingung neh,” Marissa bersandar pada pundak Naldo sementara mereka ada di dalam shuttle yang mengantar mereka dari kampus ke mal SMS. ”Tentang mamimu ya?” Naldo sudah bisa menebak arah pembicaraan itu, ”Kamu udah siap say untuk ngomong sama mamimu?” ”Itu dia, aku ga ta...

CHAPTER V, TAK TERTAHANKAN

Pria di apartemen itu terlihat membalik halaman di dalam buku yang cukup tebal itu. Sesaat ia tersenyum lebar. Dan kemudian kepalanya bergeleng. Mungkin ia mengingat hal lucu yang dulu terjadi dan kini masih hidup dalam alam kenangannya. *** Senin, 5 Januari 2009, pukul 07.50. Naldo sudah siap di ruang kelasnya sejak setengah jam yang lalu. Ia dan Marissa harus mempresentasikan tugas yang kemarin sudah mereka kerjakan bersama. ”Yak, siapa yang presentasi pada pertemuan kali ini?” dosen yang dulu sempat mengusir mereka berdua bertanya setelah memberikan pengantar bahan hari itu. ”Saya pak,” tangan Marissa mengacung. ”Silakan dipersiapkan,” jawaban dosen itu direspon Naldo dan Marissa dengan maju ke depan. ”Selamat pagi teman-teman,” Marissa yang terhitung sebagai primadona di kelasnya mulai menyapa teman-temannya. ”Pagi ini saya dan Naldo akan memprentasikan tentang perubahan social,” papar Marissa yang diikuti celoteh dan riuh rendah teman-teman sekelasnya yang ...