Jauh
dari pusat Jakarta. Di suatu pemukiman yang ada di tepi barat kota, suasana terlihat
amat lengang. Semarak hiruk pikuk yang tampak di siang hari, kini hilang.
Bersembunyi dalam bisikan angin lembut serta gemerisik daun yang bergoyang. Langit
nampak begitu kelam malam itu. Awan berkerumun menutupi kilau ribuan bintang. Terkadang,
sang ratu angkasa mengintip dari balik awan yang tersapu angin.
Jalanan
boulevard, yang kala siang padat oleh
kendaraan yang lalu lalang. Kini nyaris kosong. Sesekali, satu dua kendaraan
melaju kencang. Menikmati kebebasan yang terenggut kala jam kerja tiba. Hampir
tak nampak pula para pejalan kaki. Hanya sedikit pekerja yang mungkin memiliki shift malam.
Menyusuri
jalan boulevard itu lebih jauh.
Penerangan hanya berupa lampu kuning, yang bersinar jauh di atas permukaan
aspal. Tiga hingga empat meter tingginya. Berjarak puluhan meter antara satu
lampu dan lampu lainnya. Penerangan itu membantu setiap orang yang mungkin
harus keluar malam.
Masuk
jauh lebih dalam. Sebuah plang nama
besar menyambut. Tertulis disana Scientia
Garden. Memasuki kompleks itu, sebuah
gedung enam lantai yang agak melengkung nampak disisi kiri dan kanan
jalan. Di dekat kedua gedung itu berdiri
bangunan yang lebih tinggi, yang bentuk bangunnya sedikit oval, dengan tinggi
hingga sembilan lantai.
Di
puncak gedung oval itu, nampak sebuah bulatan berwarna biru gelap, yang tampak
lebih gelap pada malam itu, dengan kotak-kotak berwarna putih di dalam bulatan.
Dimana pada bagian bawah bulatan itu, tertera tiga huruf yang yang menjadi
tanda bagi setiap orang yang melewatinya. UMN.
Tampak
di kejauhan, beberapa gedung tinggi menjulang. Dikelilingi cluster-cluster yang ditempati kaum menengah ke atas, kawasan
terpadu itu hanya menyisakan lampu-lampu yang menandakan keberadaannya. Itupun
hanya di bagian bawah bangunan yang merupakan pusat perbelanjaan serta
rekreasi. Di bagian atasnya, yang sebagian besar adalah perkantoran dan juga
apartemen, lampu sudah padam.
Tapi,
ternyata tidak semua orang sudah tertidur malam itu. Di salah satu sotoh
apartemen yang menghadap ke gedung UMN, lampu masih menyala. Nampak seorang pria
muda yang sedang duduk. Di tangannya, sebuah buku yang sudah agak lusuh
terbuka. Di puncak salah satu halamannya tertulis, 1 September 2008.
Sejurus,
ia terlihat melayangkan pandangannya kepada gedung melengkung yang mayoritas kacanya
berwarna biru itu. Namun, pandangannya itu tidak fokus. Ia lebih tepat
dikatakan sedang melamun. Di dalam alam pikirnya, sebuah kenangan sedang
berputar. Seperti alunan musik yang didengarnya melalui earphone yang tersambung pada ipod
nano, kenangan itu membawanya kembali ke masa lalu.
.....bersambung.....
.....bersambung.....
Comments
Post a Comment