“Today a Reader, Tomorrow a Leader.”
Margaret Fuller
Menginjakkan kaki di lobby Perpustakaan
Nasional (Perpusnas), Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, sebuah monumen
berbentuk buku raksasa yang dihiasi berbagai ukiran akan menyambut setiap
pengunjung. Tidak hanya itu, terdapat pula sebuah prasasti yang diatasnya
terukir tanda tangan Presiden Soeharto tatkala meresmikan gedung tersebut pada
tanggal 11 Maret 1989.
Sebagai sebuah perpustakaan, pengunjung
tidak segera menemui ruangan yang disesaki rak buku maupun deretan buku-buku
tua yang sudah kuning kecoklatan. Sebaliknya, beberapa unit komputer siap
dipakai oleh setiap pengunjung yang datang. Pengunjung juga diperkenankan
membawa komputer jinjingnya sendiri dan menikmati jaringan internet yang
disediakan.
Masuk lebih jauh, baru pengunjung akan
menemui sebuah ruangan yang menyediakan berbagai jenis suratkabar, majalah,
tabloid, dan media cetak lainnya yang dapat dipinjam untuk dibaca di tempat.
Dan untuk semuanya itu, pengunjung tidak dikenakan biaya sama sekali, alias
gratis.
Berbeda dengan perpustakaan lain, Perpusnas
menggunakan sistem perpustakaan tertutup. Artinya, pengunjung tidak memiliki
akses langsung kepada koleksi yang ada disana. Oleh karena itu, pengunjung harus
mencari keterangan mengenai koleksi yang diinginkan pada katalog online,
mencatat, dan menyerahkan kepada pustakawan yang bertugas. Setelah itu, petugas
pustakawan akan mencarikan koleksi yang dimaksud dan memberikan pada
pengunjung.
Tidak praktis. Itulah kesan yang mungkin
ditangkap oleh mereka yang baru pertama kali berkunjung ke perpustakaan
nasional. Tapi, semua proses tersebut akan terasa sebanding jika pengunjung
memahami nilai sejarah dan manfaat yang terkandung dalam setiap koleksi yang
ada di Perpusnas.
Selesai dibangun pada 1987, Perpusnas
berpegang kepada UU No. 4 tahun 1990 yang menyatakan semua karya cetak dan
karya rekam yang ada di Indonesia harus menyerahkan salinannya ke Perpusnas
untuk disimpan. Ini artinya Perpusnas merupakan pusat deposit dari semua jenis
terbitan yang ada di Indonesia.
“Bahkan, semua hasil terbitan luar negeri
yang terkait dengan Indonesia, juga harus diserahkan ke Perpusnas,” papar Agus,
Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Perpustakaan Nasional, di Jakarta.
Namun, perpustakaan tidak selamanya tentang
buku dan membaca. Wajah ramah inilah yang juga ditawarkan Perpusnas dengan
berbagai sarana seperti auditorium visual yang mampu menampung hingga 100
orang. Tidak hanya itu, Perpusnas juga rutin menggelar berbagai event untuk
menarik minat membaca masyarakat.
Setiap bulan Mei, yang diperingati sebagai
hari jadi Perpusnas, berbagai acara kerap digelar seperti bedah buku, pameran,
dan juga pemutaran film yang menjadi koleksi dari Perpusnas. Sementara pada
bulan September, Perpusnas mengadakan hari kunjungan yang biasanya diisi dengan
pemilihan pengunjung teraktif, pameran buku, serta pameran koleksi-koleksi
Perpusnas.
Perpustakaan
Untuk Semua Kalangan
Ingin suasana perpustakaan yang lebih
santai? Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat
adalah jawabannya. Meski berada di bawah pengelolaan yang sama, Perpusnas di
Medan Merdeka Selatan, yang menggunakan gedung bergaya kolonial Belanda,
bersifat lebih terbuka ketimbang Perpusnas di Salemba.
Di sini, pengunjung memiliki akses langsung
kepada koleksi-koleksi yang ada di Perpusnas Medan Merdeka Selatan. Kelebihan
ini juga didukung tata ruang yang didominasi bahan-bahan dari kayu sehingga
memberi rasa nyaman seakan berada di rumah sendiri. Tidak lupa juga tersedia
sofa empuk untuk membaca dan alunan musik nan lembut yang menemani waktu-waktu
kunjungan.
Perpusnas di Medan Merdeka Selatan juga
menyediakan berbagai koleksi media cetak terbaru untuk dibaca di tempat. Tidak
lupa, Perpusnas melengkapi pelayanan yang ada dengan sarana audio visual.
Terdapat ruangan tersendiri dimana pengunjung dapat menonton film maupun
mendengarkan musik yang menjadi koleksi Perpusnas.
Dan yang utama, pengunjung diperbolehkan
meminjam koleksi-koleksi yang ada untuk dibawa pulang, hal yang tidak bisa
dilakukan di Perpusnas Salemba. Untuk yang satu ini, pengunjung hanya perlu
meninggalkan KTP, SIM, ataupun kartu identitas lainnya sebagai jaminan. Masa
pinjaman yang diberikan oleh Perpusnas adalah dua minggu
Keramahan yang ditawarkan oleh Perpusnas di
Medan Merdeka Selatan ternyata tidak hanya untuk orang dewasa. Berupaya
membangun minat baca sejak usia dini, Perpusnas turut menyediakan berbagai
koleksi buku bagi anak-anak. Tidak lupa, disediakan pula fasilitas bermain bagi
anak-anak yang juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi.
Perpustakaan
Desa
Tidak hanya terfokus di ibukota dan kota
besar, Perpusnas sebagai Lembaga Tinggi Non Departemen yang bertanggung jawab
langsung kepada presiden juga berupaya mengembangkan minat baca di seluruh
wilayah Indonesia. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Perpusnas adalah
menyediakan perpustakaan keliling, perpustakaan elektronik keliling
(pusteling), dan juga perpustakaan
terapung demi menjangkau pulau-pulau terpencil yang ada di Indonesia.
Menurut Agus, perpustakaan keliling, yang
berupa bus ukuran sedang dan dilengkapi berbagai koleksi buku, sudah menjangkau
hampir 70% kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Sementara fasilitas bus
pusteling yang dilengkapi dengan laptop dan jaringan internet sudah tersedia
beberapa unit untuk melayani sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
di sekitar Jakarta.
“Untuk perpustakaan terapung, saat ini ada
8 unit. Beberapa diantaranya ada di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Maluku,
dan beberapa tempat lain,” lanjutnya.
Semua program ini dilakukan sejalan dalam
rangka suatu gerakan yang disebut Gerakan Nasional Indonesia membaca. Hal ini
didorong oleh kenyataan bahwa membaca belum menjadi pola hidup kebanyakan
rakyat Indonesia. Padahal dengan membaca, wawasan akan bertambah dan kualitas sumber daya manusia Indonesia ikut
meningkat.
“Perpusnas mengemban tanggung jawab besar
dari Presiden, yaitu meningkatkan indeks prestasi manusia Indonesia melalui
membaca. Hal ini kita lakukan dengan sosialisasi, promosi, dan publikasi,” kata
Agus lebih jauh.
Comments
Post a Comment