Skip to main content

I'MKom, Dari Waktu Ke Waktu


Hari ini, Senin, 17 September 2012, tampaknya menjadi momen yang tepat untuk berbagi. Berbagi perjuangan yang dilakukan dua tahun silam, berbagi memory yang terlalu berharga untuk dipendam sendiri, serta berbagi harapan agar kelak dapat diwujudkan bersama-sama. 

Kenapa waktu ini yang dipilih, karena sepertinya ini tahun terakhir dapat melihat perkembangan I'M Kom secara langsung dan menjadi bagian di dalamnya (secara resmi). Jadi, tampaknya ini waktu yang tepat.

Dua tahun silam, dalam periode waktu yang sama, kesibukan sungguh terasa dalam hari-hari yang dijalani. Meski masih menjadi mahasiswa yang duduk di semester 5, kesibukan bukan didominasi oleh tugas, melainkan oleh suatu project khusus, yang sebenarnya dimulai sejak akhir semester ke-4.

Sebagai universitas yang relatif baru, belum banyak organisasi kemahasiswaan yang berdiri untuk mengakomodir semangat dan gairah muda setiap mahasiswa UMN. Sejak awal, sudah ada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), selain itu ada pula beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menjadi sarana aktualisasi. Namun, hal ini tentu saja jauh dari kata cukup, khususnya untuk mewakili aspirasi mahasiswa dalam tingkatan fakultas.

Oleh karena itu, beberapa mahasiswa dihubungi untuk ikut membantu mempersiapkan lembaga yang diharapkan bisa menghimpun mahasiswa dari satu jurusan yang sama, yaitu himpunan mahasiswa. Pekerjaan berat ini tentu ga bisa dikerjakan sendirian. Beruntung, sebagai bagian dari tim ini, saya juga mendapat rekan kerja yang hebat dalam diri Vicky Shidarta, Renard Ong, Agnes Theodora, Ciseh Tsui, Fakhriy Dinansyah, Catherina Rosanty, Gita Adinda, dan Ludy. 

Sudah ga terhitung berapa kali kami mengadakan rapat dalam bulan-bulan persiapan itu, baik di kampus, maupun di luar kampus. Tidak jarang, waktupun berlalu hingga jauh malam. Semua hal ini ga lepas dari banyaknya kepentingan yang harus diakomodir karena himpunan mahasiswa ini diharapkan dapat mewakili ratusan mahasiswa komunikasi yang kemudian terpisah lagi sebagai mahasiswa Public Relation dan Journalism

Bukan hanya mewakili mahasiswa, sebagai bagian dari kampus, himpunan mahasiswa juga harus menyesuaikan dengan berbagai ketentuan yang diberikan oleh pihak universitas. Karena itu, tidak sedikit pula waktu dihabiskan untuk bertukar pikiran dengan kaprodi dan juga dosen-dosen lainnya. Meski kerapkali menghadapi hambatan, sekali lagi saya bersyukur memiliki rekan sejawat yang terus bersemangat meski berkorban waktu, daya, dan dana. Akhirnya, selepas minggu-minggu melelahkan, akhirnya tim kecil yang disebut Formatur ini "berhasil" merumuskan poin-poin yang dirasa terbaik untuk menjadi dasar berdirinya sebuah himpunan mahasiswa. 

Perlu kami akui juga bahwa masih ada kekurangan dari apa yang dimulai oleh Formatur, salah satunya, terkait dengan ketidakpuasan karena adanya penunjukkan terhadap anggota Formatur ini. Penunjukkan kepada  segelintir orang ini bukanlah upaya untuk mengesampingkan mahasiswa lainnya yang lebih baik, tetapi karena ada beberapa pertimbangan, khususnya terkait masalah waktu dan batas waktu penentuan yang diminta oleh kaprodi karena berhubungan dengan proses akreditasi. 

Oleh karena itu, di tengah keterbatasannya,tim Formatur berupaya agar setiap golongan mahasiswa memiliki wakilnya. Salah satu caranya, tim Formatur ini terdiri dari PR 2008, Jurnalistik 2008, PR 2009, dan Jurnalistik 2009. Meski belum tentu memuaskan semua pihak, tetapi dari perjuangan yang dilakukan rekan-rekan, saya tahu kami mengusahakan yang terbaik untuk himpunan mahasiswa komunikasi. 

Salah satu yang memberi warna cerah dalam perjalanan tim ini adalah diskusi panjang terkait nama dari himpunan yang akan dibentuk. Dari berbagai usulan, masukan, dan karangan kami yang juga didiskusikan dengan pihak dosen, tercetuslah I'M Kom, akronim dari Ikatan Mahasiswa Komunikasi. I'M Kom inilah yang juga diharapkan dapat diucapkan dengan bangga oleh setiap mahasiswa komunikasi, menjadi identitas dirinya, I'M Kom (Saya adalah Mahasiswa Komunikasi). 

Perjalanan pun berlanjut dengan pendaftaran pengurus I'M Kom Batch 1. Yang mengejutkan, tanggapan cukup positif diberikan oleh mahasiswa komunikasi. Lembar pendaftaran yang disediakan harus diperbanyak kembali karena melebihi ekspektasi kami. Total yang mendaftar menembus angka 80 orang. Waktu selanjutnya kami habiskan menyortir nama-nama yang ada berdasarkan beberapa prasyarat yang ada. Dari saringan ini, terpilihlah 40-50 orang untuk menjalani psikotes. Singkat kata, sebanyak 29 orang akhirnya terpilih menjadi pengurus resmi, termasuk pula beberapa anggota Formatur. Berakhirkah perjalanannya? Tidak!


Kertas suara pemilihan ketua-wakil ketua I'M KOM Gen 1 yang memuat tiga pasang calon
Salah satu metode kampanye pasangan calon.
Sumber : http://portofoliofakhriy.blogspot.com/2010/11/allforoneforall-fakhriy-for-im-kom.html
Salah satu metode kampanye pasangan calon.
Sumber : http://natashahadiwinata.blogspot.com/2010/11/im-kom-himpunan-mahasiswa-jurusan_09.html

Masih ada pekerjaan rumah terakhir dari Formatur, yakni pemilihan ketua I'M Kom. Dari ketiga pasangan calon, Vicky Shidarta-Ciseh Tsui, Fakhriy Dinansyah-Catherina Rosanty, dan Lidya Natasha-Benediktus Krisna, terpilihlah Vicky sebagai ketua dan Ciseh sebagai wakilnya. Pemilihan ini cukup berkesan karena menjadi pemilihan yang terbuka bagi seluruh mahasiswa komunikasi dan merupakan yang pertama di UMN dimana calon ber"kampanye" secara terbuka di lobby dan penghitungan juga dilakukan secara terbuka.

Kerja Formatur ini secara resmi berakhir ketika pengurus I'M Kom Batch 1 ini dilantik dalam event tahunan Fikom Night. Dengan demikian, pengurus I'M Kom secara resmi mulai bekerja dan berkarya. 

Kini, dua tahun berlalu, waktu terasa sedikit cepat bergulir, dan dengar-dengar sudah dibuka pendaftaran untuk I'M Kom Batch 3. Selama dua tahun terakhir ini, sebagai bagian dari komunikasi UMN, boleh dikatakan ada rasa terkesan dengan berbagai pencapaian yang dilakukan oleh I'M Kom. Rasa-rasanya, apa yang dulu hanya ada dalam angan, kini sudah bisa mulai diwujudkan. Jika dulu hanya membaca berbagai kegiatan mahasiswa yang dilakukan universitas lain, tetapi kini melihat langsung diselenggarakan oleh I'M Kom. 

Poster Maylicious
Beberapa yang membekas di hati adalah Maylicious, festival makanan yang diadakan tahun 2011. Tidak saja mendapat sambutan positif dari mahasiswa komunikasi, event ini juga disambut gembira seluruh civitas. Entah kapan lagi bulan Mei di kampus menjadi berwarna seperti setahun silam. 

Event lain yang membanggakan tentu saja CommFest yang diadakan I'M Kom Batch 2. Kegiatan yang menjadi mimpi "yang tidak kesampean" oleh I'M Kom Batch 1 ini berhasil dieksekusi dengan baik oleh I'M Kom Batch 2. Tetapi, kredit khusus juga perlu diberikan kepada I'M Kom Batch 1 yang sudah meletakkan dasar untuk menggapai mimpi tersebut. 

Sumber : Google
Kembali tentang CommFest, cukup terkejut pula dengan besarnya animo, dimana peserta lomba tidak hanya dari Serpong, tetapi juga universitas besar di Jakarta, Bandung, hingga Semarang. Semoga kelak bisa menjadi event bertingkat nasional. 

Tidak lupa pula Fikom Night yang juga semakin berkembang dari tahun ke tahun. Jika dahulu hanya berupa games kecil, kini sudah bisa mendatangkan artis dan menjadi acara yang mewah. Kemewahan yang dicapai, itu adalah baik adanya, karena menandakan perkembangan dan semangat untuk menjadi semakin baik dari tahun ke tahun. Akan tetapi, terbersit harapan, bukan hanya besarnya acara yang dikejar, tetapi juga esensi yang utama, yakni menyatukan dan menggelorakan sense of belonging diantara mahasiswa komunikasi. Karena itulah esensi dari keberadaan I'M Kom ini sendiri. 

Well, sepertinya sudah cukup panjang pula. Akan mengakhiri tulisan ini disini. Semoga dari tulisan ini bisa menjadi pengingat akan semangat dan perjuangan I'M Kom mula-mula. Dan juga jadi pendorong untuk menjadi semakin baik dari waktu ke waktu.

Akhir kata, saya bangga bisa mengambil bagian dan bisa menjadi bagian dari I'M Kom. 

Nb: mungkin satu-satunya penyesalan kecil saya adalah tidak mengambil bagian dalam I'M Kom Batch 1. 

Comments

  1. Nice post :)
    thanks atas apresiasinya ko dgn nulis ini buat I'M KOM...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Benua Biru - Bag 2

Jumat 25 Juli 2014 Selamat Pagi! Fajar hari itu dilalui dari dalam perut burung besi berkode 777-200 rute Dubai-Milan. Berbagai brosur untuk mempermudah perjalanan Anda di Milan Seperti jadwal yg tertera, pesawat pun mendarat di Malpensa Aeroport, Milan, Italia, pk. 8.45 waktu setempat. 3 jam perkiraan waktu dihabiskan di penerbangan kedua ini. Tapi lumayan memberikan semangat karena disinilah perjalanan DIMULAI! Bandara Malpensa di Milan dapat dikatakan tidak terlalu besar, tapi tetap tertata rapi dan menyenangkan. Berbagai penanda dibuat untuk memudahkan pelancong. S bantal boneka yg menemani perjalanan di Benua Biru Singkat kata, akhirnya setelah memastikan semua barang bawaan sudah tersedia, kami menuju ke Bus yg menanti. Di Eropa, yg terdiri dari satu daratan luas dengan banyak sekali negara, memungkinkan bus dari negara lain untuk bisa melayani lintas batas. Seperti bus yg kami tumpangi. Stiker di badan bus bertuliskan Molteam, dan bus itu ternyata b...

Bersama Singkong, Sidik Mengejar Kesuksesan

Beberapa saat lalu, saya sudah menuliskan perjuangan dari seorang pengusaha kerupuk singkong dari Bekasi. Berikut beberapa foto yang diambil penulis. Sidik tengah duduk di ruang tamu rumahnya. Tampak di latar foto dirinya bersama dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika menerima penghargaan dari salah satu stasiun tv swasta. Sidik di atas sepeda motor yang digunakan untuk menjual keripik buatannya ke Jakarta. Sidik dan sepeda motor yang merupakan hadiah atas penghargaan yang diterimanya dari salah satu stasiun tv swasta. Sepeda motor ini khusus dimodifikasi untuk mengakomodir kekurangan yang dimiliki Sidik. Sidik tengah memperhatikan potongan singkong yang sedang  dijemur. Terkadang ia harus menghalau kambing-kambing yang tertarik dengan singkongnya. Sidik dan singkong yang sudah kering dijemur . Salah satu peralatan yang digunakan untuk membuat kerupuk singkong. Dengan alat ini, singkong yang masih mengandung air diperas hingga kering. Da...

Ketika Anak Bukan Lagi "Permata" Dalam Keluarga

Analisa buku A Child Called “It” Keluarga, tidak bisa dipungkiri memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan semua orang, termasuk setiap kita. Hadir dalam sosok bayi mungil yang tidak tahu apa-apa, individu-individu terdekat inilah yang kelak membentuk dasar dan nilai-nilai kehidupan yang kita miliki, termasuk di dalamnya konsep diri. Terkait hal tersebut, maka ada dua kemungkinan yang bisa dihasilkan melalui peran dari orang-orang terdekat ini. Yang pertama adalah konsep diri yang positif dan yang kedua adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri positif itu secara langsung akan membentuk pribadi yang memahami jelas kemampuan apa yang ada dalam dirinya, termasuk juga kepribadiannya, dan tentu saja selalu berpikir positif terhadap dirinya. Sedangkan konsep diri yang negatif akan membangun suatu individu yang bahkan tidak dapat menjelaskan siapa dirinya, kemampuannya, kepribadiannya, dan juga yang selalu berpikir negatif tentang dirinya. Kembali pada peran keluarga diat...